Pantai Srau Pacitan
Melanjutkan lagi cerita 2100 km. 2100 KilometersSetelah puas bermain air di Kasembon rafting kami melanjutkan perjalanan ke Blitar, selepas Maghrib. Berbekal petunjuk dari mas pemandu kami mengambil rute terdekat melalui bendungan Selo Rejo, tembus ke Wlingi. Dan tentu saja karena ini merupakan jalur alternatif, lagi-lagi kami harus melewati jalan yang sepi dan gelap berselang dengan beberapa kampung yang lumayan rame. Tapi yang ini tidak semenakutkan jalan Tawang Mangu - Magetan di kaki gunung Lawu kok. Alhamdulillah...
Masuk kota Blitar sekitar pukul 21.00 yang merupakan batas akhir bisa mendapatkan kamar yang discent pada masa libur lebaran. Kami mendapatkan kamar di hotel Grand Mansion.
Catatan untuk mereka yang bepergian pada masa libur Lebaran, dimana setiap kota pasti membuat reuni akbar dan silaturahmi keluarga besar, usahakan mencari kamar hotel sebelum pukul 21.00. Agar masih bisa mendapatkan kamar yang pantas, selebihnya semua bakal penuh terisi dan kalaupun ada, hanya tersisa kamar yang tidak terlalu bagus.
Di Blitar kami hanya singgah untuk menginap saja, tanpa melakukan petualangan apapun, bahkan kami juga melewatkan ziarah ke makam Bung Karno, mungkin lain waktu. Kami langsung berangkat pagi-pagi menuju Pacitan via Tulung Agung & Ponorogo.
Perjalanan menuju kota Pacitan dari Ponorogo indah pemandangannya. Berkelok kelok, melewati lembah yang curam, tapi jalanan supermulus. Yah, namanya jalan ke kampung presiden kan?
Eh tapi ya, ini sih tahayul saya aja, tapi bisa aja betul loh. Kalo bertandang ke kota Pacitan, sebaiknya jaga supaya tidak bergosip mengenai sosok pak Sby dan keluarganya, akibatnya bisa kesasar. Hahaha.
Ceritanya saya memasukan pantai Teleng Ria yang hanya berjarak 3,5km dari pusat kota sebagai tujuan akhir di GPS, entah kenapa sekitar 1km menjelang alun-alun kota Pacitan, yang harusnya tinggal lurus saja, kami dibelokkan melewati gunung dan berputar-putar sejauh kurang lebih 30km. Hadeeeeh.
Hari sudah sore ketika kami tiba di Pantai Teleng Ria, hanya sempat melihat-lihat sebentar. Lalu kami segera mencari kamar hotel, mumpung belum gelap.
Kami menginap di hotel Prasasti, yang menurut petugas SPBU di Pacitan adalah hotel paling bagus di Pacitan. Hehehe
Hotel Prasasti berlokasi di alun-alun kota Pacitan, tempat yang tepat untuk mengenal kota dalam satu malam. Malam harinya kami jajan dan makan malam di alun-alun. Dan karena masih libur lebaran, suasana alun-alun begitu ramai dan padat. Kirain yang mudik ke Pacitan cuma keluarga pak SBY aja, hehehe, banyak ternyata.
Besok paginya, usai sarapan, kami bergegas berangkat ke Pantai Srau. Pantai Srau terletak di Desa Candi Kecamatan Pringkuku. 25 km Barat pusat kota Pacitan. Jalan menuju ke Pantai Srau berkelok-kelok, naik turun dan tidak besar.
Meski merupakan pantai Selatan, ombak di Pantai Srau tidak begitu besar, karena terlindungi di balik teluk. Pasirnya putih halus, meski di beberapa tempat juga terserak karang tajam.
Airnya jernih, berwarna biru toska dan seperi pantai-pantai selatan lainnya udara dan airnya dingin pada bulan Agustus, meski matahari bersinar terik
Puas bermain di pantai, kami bergegas pergi, karena akan melanjutkan perjalanan ke Jogjakarta. Namun kami sempatkan mengisi perut dulu di salah satu depot yang menyediakan menu ikan bakar dan sego thiwul.
Ikannya segar, sambelnya mantap, sego thiwul nya menjadi sentuhan tersendiri bagi kami yang belum pernah merasakan. Ditambah jangan lodeh, sungguh cara yang pantas untuk menyudahi kunjungan di pantai Srau.
Kamu mengambil arah kembali ke kota, namun berbelok ke jalan raya Pacitan - Solo, masuk ke rute 3, Pacitan-Donorojo, Pracimantoro, Semanu mengara ke Wonosari Gunung Kidul, dimana kami cave tubing di Kali Suci, yang akan saya ceritakan setelah ini
0 comments: